NTTBersuara.Com, KUPANG — Badai siklon tropis seroja yang mengakibatkan terjadinya bencana hidrometeorologi di beberapa wilayah di sejumlah kabupaten/kota di Prov. NTT, berpotensi menjadi faktor penahan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2021. Lebih lanjut,
Demikian dikatakan Kepala Perwakilan Bank Indonesia, I Nyoman Ariawan Atmaja, Senin (12/4/2021) saat jumpa pers di Cafe Petir. Ia mengatakan kami akan melakukan asesmen lebih mendalam untuk mengetahui dampak bencana terhadap perekenomian di NTT, setelah mendapatkan data dan informasi antara lain luas panen, peternakan dan
infrastruktur yang terdampak bencana.
“Perkembangan sistem keuangan pada Februari 2021 membaik, yang tercermin dari DPK, tumbuh 1,94% (yoy), meningkat dari bulan sebelumnya yang tumbuh 0,99% (yoy). Di sisi lain, kredit tumbuh sebesar 4,10% (yoy) sedikit melambat dari bulan sebelumnya yang mampu tumbuh 4,32% (yoy), “katanya.
Ia menjelaskan berdasarkan penggunaannya, kredit di NTT didominasi oleh kredit konsumsi dengan pangsa kredit sebesar 60% dan kredit produktif sebesar 40%.
“Kredit produktif (usaha) di NTT sebagian besar (62%) disalurkan ke sektor perdagangan berupa kredit UMKM, “ungkapnya.
Restrukturisasi kredit akibat COVID-19 di Provinsi NTT tercatat sebesar Rp4,7 triliun dari 59.574 debitur pada Maret 2021. Mayoritas restrukturisasi kredit dilakukan oleh pelaku usaha di sektor perdagangan dengan kontribusi sebesar 65,1% terhadap total restrukturisasi kredit. Disamping itu, risiko kredit usaha tercatat masih tinggi, tercermin dari Loan-at-risk kredit modal kerja dan investasi yang melonjak sejak pandemi COVID-19 ke level 34,69%
dan 58,93%. Bila dilihat berdasarkan sektor, tingkat risiko kredit di sektor akmamin,
perdagangan, dan konstruksi masih berada pada level yang tinggi diatas 30%.
“Aktivitas perekonomian di Prov. NTT didukung kelancaran transaksi keuangan baik tunai maupun non tunai. Perkembangan sistem pembayaran melalui transaksi tunai di KPw
BI NTT sampai dengan Triwulan I 2021 mengalami net inflow sebesar Rp3,10 triliun. Nominal transaksi RTGS sempat mengalami kontraksi pada triwulan IV 2020, namun kembali tumbuh pada Triwulan I 2021 mencapai 85,21% (yoy), “ujarnya.
Disamping itu, transaksi kliring juga mengalami pertumbuhan sebesar 31,96% pada awal tahun 2021, meningkat dibandingkan dengan
Triwulan IV 2020 yang terkontraksi sebesar 3,77%. Jumlah merchant QRIS di Provinsi NTT juga terus berkembang, dengan jumlah mencapai 33,73 ribu merchant di Maret 2021. (lya)