NTTBersuara.Com, KUPANG — Kunjungan kerja Direktur utama (Dirut) BP Jamsostek Anggoro Eko Cahyo dan jajaran ke Bank NTT, sekaligus menyerahkan secara simbolis Kartu Kepesertaan BPU Nasabah Kredit Mikro Merdeka Bank NTT.
Dalam sambutannya Dirut BP Jamsostek, Anggoro Eko Cahyo, Jumat (16/4/2021) di ruang Dirut Bank NTT. Ia mengatakan, selain memberikan dukungan atas musibah yang dialami oleh NTT dan penguatan kepada para pegawainya, kehadiran BP Jamsostek juga ingin memastikan para debitur/nasabah Bank NTT yang belum masuk dalam kepesertaan BP Jamsostek agar tercakup didalamnya.
“Bukan untuk BP Jamsostek, bukan untuk Bank NTT, tetapi agar pekerja terlindungi,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan, gamblang, BP Jamsostek kini mengelola dana pekerja sebesar Rp494 triliun. Anggoro berupaya agar kiranya BP Jamsostek bisa berkontribusi untuk perbankan di daerah
“Salah satu komitmen kami bahwa penempatan itu juga melibatkan BPD untuk perekonomian daerah, “ungkapnya. Lebih lanjut Ia menyampaikan Jamsostek kini pun menjajaki investasi langsung dalam Sovereign Wealth Find (SWF). Ia berharap, kontribusi lebih nyata melalui SWF.
“Mudah-mudahan di SWF bisa di NTT. Dana kami tidak langsung ke bank NTT tapi menghidupkan ekonomi NTT sehingga debiturnya jadi di lebih sehat, “ujarnya.
Menurutnya, tantangan yang dialami BP Jamsostek adalah turunnya kepesertaan karena pemutusan hubungan kerja (PHK). Dari 34 juta pekerja aktif di tahun 2019, pertahun 2020 kemarin menurun menjadi 27 juta pekerja aktif. Turunnya peserta aktif mengakibatkan cakupannya menjadi turun. Karena memang sejatinya perlu lebih banyak pemahaman secara edukasi Kami perlu dibantu. Dari 90 juta pekerja yang eligible, baru 48 juga yang terdaftar, “ungkapnya.
Menurutnya peran bank NTT sangat dibutuhkan karena banyak di fitur yang pekerjaannya belum terdaftar atau pekerja bukan penerima upah (BPU) yang terlindungi.
“Mohon dukungan untuk melindungi pekerja kita, agar mereka pensiun tetap bermartabat atau ada kejadian di tengah jalan, keluarga bisa tetap hidup, anak tetap sekolah,”tegasnya.
Sementara itu Direktur Utama Bank NTT, Hary Alex Riwu Kaho mengatakan
badai siklon tropis seroja sangat berdampak pada kondisi portofolio Bank NTT. Sekiranya terdapat 536 debitur terdampak dan portofolio hampir mencapai Rp2 miliar. Selain itu, akibat recofusing dampak pandemi Covid-19 dan badai kali lalu, debitur yang tercakup dalam BP Jamsostek hanya sekitar 10.000-15.000 debitur dari target semula 30.000 debitur.
Ia pun meminta dukungan dari BP Jamsostek agar dapat mempertimbangkan diskon rate atau kelonggaran bagi Bank NTT.
“Saya berterima kasih untuk dukungan BP Jamsostek sehingga Bank NTT bisa menerbitkan obligasi NCD. Saya berharap BP Jamsostek bisa berbagi banyak hal dalam pertemuan tersebut untuk sinergitas BP Jamsostek dan Bank NTT. (lya)