NTTBersuara.com, LABUAN BAJO – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat mendampingi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif melakukan peninjauan ke beberapa titik infrastuktur Bahan Bakar Minyak dan Gas Bumi, yaitu Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum Nelayan (SPUBN) dan Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU) di Labuan Bajo pada Jumat siang (24/6/2022). Agenda ini sekaligus memastikan keterjangkauan akses energi ke masyarakat yang merupakan bahasan utama dari The 2nd Energy Transition Working Group (ETWG).
Selama peninjauan dibeberapa titik tersebut, Gubernur NTT bersama Menteri ESDM mendapat laporan dari pengelola SPBU mengenai kelancaran pasokan dan distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) di masyarakat maupun industri. Menteri Arifin menghimbau kepada PT Pertamina (Persero) untuk mengantisipasi adanya lonjakan permintaan mengingat Labuan Bajo merupakan wisata prioritas pemerintah.
“Di SPBU Non Public Service Obligation (PSO), distribusi BBM berjalan lancar, respon masyarakat juga bagus. Di depot, avtur juga aman. Namun kita tetap harus antisipasi ke depan karena daerah ini akan semakin banyak kunjungan wisatawan. Tentu kebutuhan avtur dan BBM akan meningkat. Pihak Pertamina juga harus tingkatkan level keamanan dan jaringan operasional logistik lainnya disetiap infrastruktur BBM agar bisa lebih hemat dan efisien,” jelas Menteri Arifin saat ditemui di DPPU Labuan Bajo.
Iapun menambahkan Pemerintah terus berupaya dalam menata operasional logistik agar berdampak pada efisiensi, mengingat saat ini terjadi lonjakan harga minyak dunia yang cukup tinggi.
“Sekarang ini harga minyak dunia sudah di atas USD100 – USD120 per barel. Harga keekonomian BBM RON 90 maupun RON 92, rata-rata di atas Rp30.000. Kita harus antisipasi ini karena situasi krisis energi tidak bisa diramalkan selesai tahun ini atau lebih lama lagi,” ungkapnya.
Ia juga membandingkan dengan harga BBM di Indonesia yang jauh lebih murah. “Pertalite (RON 90) saja dijual Rp7.650, Pertamax (RON 92) kita jual Rp12.500. Makanya, kita perlu mengingatkan ke masyarakat agar menggunakan BBM seefisien mungkin. Ini berdampak pada (membengkaknya) alokasi subsidi,” pungkasnya.
_Kebutuhan BBM Nelayan Dijamin_
Khusus pelayanan nelayan, Menteri Arifin mengungkapkan adanya beberapa kebutuhan BBM yang belum terpenuhi. “Itu sudah ada mekanismenya, Pak Gubenur NTT akan bantu menyelesaikan, semoga secepatnya keluar rekomendasi yang permanen,” urainya saat mendapatkan laporan dari Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNCI) Blasisus Janu di SPBUN 59.865.01 Tempat Pelelangan Ikan Labuan Bajo.
Pemerintah pun merespon dengan baik adanya laporan tersebut. Bagi Arifin, kebutuhan BBM bagi masyarakat harus diprioritaskan. Untuk itu, pemerintah akan mempertimbangkan menambah alokasi BBM. “Kalau Nelayan membutuhkan, pemerintah harus merespon. Cuma ada aturannya, mekanisme pemberiannya seperti apa, misalnya untuk nelayan yang kapalnya 3 gross tonnage (GT),” tegasnya.
Kendati demikian, Menteri ESDM mengapresiasi kinerja pengawasan yang ketat atas pendistribusian BBM baik subsidi maupun non-subsidi di Nusa Tenggara Timur. Tak hanya itu, realisasi dari alokasi pendistribusian BBM subsidi di Nusa Tenggara Timur mencapai 44% hingga 19 Juni 2022. “Penyaluran cukup bagus. Masyarakat cukup tertib. Kita berharap khususnya daerah perbatasan nanti harus diawasi,” tutup Arifin.
Disaat yang bersamaan Gubernur Viktor juga menjamin dan memastikan bahwa seluruh pemasaran dan pendistribusian BBM bersubsidi di NTT terlebih di Labuan Bajo telah sesuai prosedur dan tepat sasaran kepada masyarakat yang memang berhak mendapatkannya.
“Sampai saat inikan kita lihat sendiri bahwa kebocoran di NTT hampir tidak ada. Mungkin karena berbeda dengan kota besar lain di Indonesia dengan industri yang besar jadi pasti ada kebocoran-kebocoran BBM, beda dengan di NTT kan hampir tidak ada industrinya, palingan hanya Nelayan saja. Dan untuk itu saya pastikan peluang kebocoran sangat minim serta pasti tepat sasaran kepada masyarakat yang membutuhkan,” jelas Gubernur Viktor.
“Dan saya juga sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada Pak Menteri ESDM bersama jajarannya yang sudah melihat, peduli terhadap transition energi di NTT kedepannya. Karena NTT punya potensi kekayaan pada Energi Baru Terbarukan (EBT), baik matahari, angin, panas bumi maupun arus lautnya. Karena itu tentu akan kita dorong semua potensi EBT ini agar Provinsi ini jadi Provinsi yang luar biasa, tidak lagi tertinggal, dan dapat bersaing dengan Provinsi lainnya,” jelas Gubernur mengakhiri pernyataan dihadapan para awak media.
Untuk diketahui berdasarkan data PT Pertamina (Persero), hingga 20 Juni 2022, realisasi BBM jenis Pertalite di Nusa Tenggara Timur mencapai 152.829 kilo liter, sementara realisasi BBM jenis Solar mencapai 65.646 KL. (*/lya)