Dinas Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan NTT memprediksi puncak panen raya padi akan terjadi pada Mei 2023 akan mengalami kenaikan sekitar 3 persen plus minusnya.
Demikian dikatakan kata Kadis Pertanian, Perkebunan dan Ketahanan Pangan NTT, Lucky Kolli Kamis (30/3/2023) saat jumpa press dengan Wartawan di Kantor Gubernur NTT. Ia mengatakan panen padi tahun 2021 seluas 174.900 hektare (ha) dengan produksi 731.880 ton gabah kering.
Sedangkan panen 2022 luas panen padi 183.090 ha (naik 4,68 persen dibanding 2021) dengan produksi 756,050 ton (naik 3,30 persen dibanding 2021)
“Tahun ini (2023) naik 3 persen plus minus,” katanya
Diharapkan panen raya ini bisa menekan harga beras yang terus melonjak.
“Puncak panen pada April dan Mei 2023, karena ada keterlambatan tanam seperti yang terjadi di Kabupaten Kupang,” .
Namun, menurut dia, wilayah Flores dan Sumba bagian barat sudah panen dengan produktifitas 4,5 ton atau setara beras 2,5 ton per hektare (ha).
Harga beras sudah pasti akan normal kembali, karena ada penetapan harga baru. Karena dia berharap harga beras ditetapkan antara Rp10 ribu sampai Rp11 ribu per kilogram (Kg)
Harga beras sudah pasti akan turun, karena pemerintah akan tetapkan harga baru beras,” jelasnya.
Dia berharap puncak panen raya tiba, maka suplay beras kembali normal dan bisa menekan harga beras. “Kecuali beras premium dan medium yang ada di supermarket punya harga tersendiri. Sedangkan yang biasa dikonsumsi pasti stabil,” katanya.(lya)