NTTBersuara.com, KUPANG,– Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang kembali mencetak 2 Guru Besar. Hal tersebut ditandai dengan Upacara Pengukuhan Guru Besar Universitas Nusa Cendana yang dilaksanakan di Auditorium Kampus Undana Kamis (3/8/2023). Upacara pengukuhan ini juga dihadiri langsung oleh Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL).
Kedua Guru Besar yang dikukuhkan tersebut yakni Prof. Dr. Yantus Aristarkus B. Neolaka, S.Pd., M.Si
(Bidang Ilmu Kimia Analitik – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) yang juga merupakan Guru Besar ke 49 Undana, dan Prof. Dr. I Gusti Made Ngurah Budiana, S.Si., M.Si (Bidang Ilmu Teknik Kimia Organik – Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) yang merupakan Guru Besar ke 50 Undana.
Gubernur VBL dalam sambutannya mengungkapkan apresiasi kepada Universitas Nusa Cendana yang terus melahirkan guru besar sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan dan juga mencetak sumber daya manusia yang berkompeten dan berdaya saing.
“Kita apresiasi dan terima kasih kepada Undana yang hari ini kembali melahirkan 2 Guru Besar atau Profesor dan ini adalah kebanggaan kita semua. Kita patut berbangga karena kita menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam bidang keilmuan yang punya peran penting memajukan daerah ini pada bidang ilmu dengan riset yang dilakukan dan tentunya punya dampak besar pada peradaban masa kini dan masa mendatang” kata Gubernur.
“Saya minta Undana perlu terus lakukan riset ilmiah terapan.
Kampus ini merupakan kampus terbesar di NTT maka harus mampu melahirkan karya dari riset ilmiah yang punya dampak positif. Terus lakukan riset terkait potensi alam yang ada di NTT sehingga ada peningkatan ekonomi dan juga mendatangkan kekayaan baru. Dari riset kita bukan hanya kaya akan ilmu namun juga ada peningkatan ekonomi dan kekayaan yang dihasilkan dari riset tersebut. Kita harus mampu ciptakan karya dan produk kita dengan terus melahirkan inovasi dan produktifitas yang hebat,” ujar Gubernur VBL.
“Kita perlu orang-orang berpengetahuan untuk melahirkan pemikiran hebat. Orang cerdas dan pintar itu mampu mengetahui rahasia dari kekayaan yang diberikan Tuhan kepada kita dan hal itu hanya bisa dicapai kalau kita lakukan riset,” jelasnya.
“Terima kasih kepada Prof. Dr. Yantus Aristarkus B. Neolaka, S.Pd., M.Si dengan Bidang Ilmu Kimia Analitik melakukan risetnya terkait dengan pemanfaatan zeolit untuk bahan pengantar obat penanganan sel kanker. Juga kepada Prof. Dr. I Gusti Made Ngurah Budiana, S.Si., M.Si dengan Bidang Ilmu Teknik Kimia Organik yang melakukan pemanfaatan tanaman faloak binahong, dan balakacida guna menghasilkan produk tabir surya dalam pemanfaatannya untuk pencegahan kanker kulit. Riset-riset seperti ini sangat menarik karena kita mengembangkan kekayaan kita di NTT untuk bermanfaat bagi banyak orang,” jelasnya.
“Gelar Profesor itu bukan jabatan tapi itu profesi yang melayani. Dengan kehormatan sebagai guru besar untuk melakukan riset. Harus terus lakukan risetnya,” ujar beliau.
“Berulang kali saya bilang bahwa NTT ini kaya akan potensi namun belum maksimal dalam mengerjakan harta-harta yang kaya itu. Kita punya potensi hebat pada pertanian, peternakan, perikanan dan lain-lain. Hingga saat ini kekayaan kita juga pada sektor energi seperti panas matahari yang ada di Pulau Sumba dan Timor. Dari segudang potensi itu kita manfaatkan melalui riset juga untuk pertumbuhan ekonomi kita,” kata Gubernur
Senada dengan Gubernur, Rektor Undana Prof. Dr. drh. Maxs U. E. Sanam M.Sc juga menitipkan pesan kepada 2 guru besar tersebut untuk
berinovasi dan lakukan riset penelitian agar terus kontribusi bagi pembangunan.
“Momentum ini menarik karena kedua guru besar yang dikukuhkan ini dari fakultas yang sama yaitu Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Saya minta terus lakukan riset dengan inovasi agar ilmu yang dimiliki juga turut berkontribusi bagi daerah,” kata Prof. Maxs.
Ia menjelaskan, sejak berdiri pada tahun 1962 kini Undana telah melahirkan 50 guru besar. “Idealnya sebuah perguruan tinggi itu jumlah guru besar mencapai angka 10 – 15 % dari total dosen yang ada. Sekarang jumlah dosen Undana ada 900 orang maka idealnya jumlah profesor minimal 90 -135 orang.
Dengan saat ini doktor sebanyak 230 orang dan lektor kepala 200 orang maka kita berpotensi mencapai angka ideal tadi,” jelasnya.
Pada pengukuhan tersebut, juga dilangsuknan orasi ilmiah oleh masing-masing guru besar.
Prof. Dr. Yantus Aristarkus B. Neolaka, S.Pd., M.Si dengan orasi imiahnya berjudul “Melangkah Maju: _Inovasi Material Cerdas Berbasis Polimer Tercetak Ion dan Zeolit Alam Serta Aplikasinya Pada Ekstraksi Fasa Padat dan Bahan Pengantar Obat_”. “Hasil penelitian ini kami angkat dalam jurnal _Reactive and Functional Polymers_ yang dipublikasikan pada tahun 2020. Jurnal ini masuk sebagai top station paper dan bertahan di peringkat 4 dunia saat ini,” kata Prof. Yantus.
“Kami mengembangkan material obat yang berbasis bahan nano material. Yang kami gunakan adalah material anorganik. Dengan bahan pengantar obat berbasis zeolit alam yang ada di Ende Flores. Kami mengekstrasi mordenit dari zeolit. Kami telah melakukan uji yang lain dengan 2 material bahan pengantar obat yang kami buat yaitu CU mordenit dan ZN mordenit itu berpotensi digunakan sebagai bahan pengantar obat anti kanker. Ini merupakan penelitian yang didanai oleh Kemenristekdikti pada tahun 2021 dan 2022 dan dipublikasikan pada 2 jurnal internasional yaitu jurnal _Molecular Liquid dan Result and Chemistry_. Jurnal _Molecular Liquid_ tersebut saat ini menduduki peringkat 12 dunia,” papar Prof Yantus.
Sementara itu Prof. Dr. I Gusti Made Ngurah Budiana, S.Si., M.Si memaparkan orasi ilmiah, _Tabir surya : “Organik Sintetik dan Bahan Alam sebagai Pencegah kanker Kulit_”.
“Ini merupakan riset saya terkait tabir surya dalam kontribusi bagi kanker kulit yang diakibatkan paparan sinar ultraviolet. Isi orasi ini merupakan penelitian yang dilakukan selama 20 tahun terakhir,” kata Prof. Gusti.
“Dengan pemanfaatan Tabir surya organik saya mencoba mensintesis senyawa tabir surya dengan senyawa kaliksarena. Saya membuat senyawa baru yaitu C-Fenil atena kaliks [4] resorsinaril oktasinamat (CFEKROS), C-Metoksifenil kaliks[4] resorsinaril oktasinamat (CMFKROS), dan C-Hidroksinefil kaliks [4] resorsinaril dodekanasinamat (CHFKRDS). Hasilnya membuktikan ketiga senyawa tersebut memiliki kemampuan untuk menyerap radiasi sinar ultraviolet. Selanjutnya dibuat lotion tabir surya shine 1 (senyawa 1), shine 2 (senyawa 2) dan shine 3 (senyawa 3) dengan uji invivo. Ketiganya sudah dipatenkan dan terbit dalam 3 paten. Saya juga membuat pengembangan tabir surya dengan pemanfaatan 3 bahan alam yaitu tumbuhan faloak, binahong, dan balakacida,” papar Prof. Gusti. (*/lya)