NTTBersuara.com,KUPANG, — Sebanyak 891 warga kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) mulai terserang penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat kepulan asap pekat dari kebakaran yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Alak yang tak kunjung padam.
“Sebanyak 891 orang terdampak akibat asap dan mengalami ISPA,”kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Kupang, Ricko Oemar, saat Rapat Koordinasi, Senin (6/11/2023).
Ratusan warga yang mulai terserang ISPA merupakan warga sekitar lokasi kebakaran sampah, yang terjadi sejak Oktober 2023, warga resah karena secara terus-menerus terpapar asap pekat dari tumpukan sampah yang terus dilalap api bahkan menyebar dan tak kunjung padam.
Menurut dia, pasca ditetapkan status kebakaran TPA Alak dari siaga menjadi tanggap darurat bahaya kebakaran, maka harus lebih ekstra untuk menyelesaikan secara cepat, waktu untuk penanganan sesuai dengan status tanggap darurat memiliki estimasi penanganan kebakaran yakni selama 14 hari kedepan.
“Jika sudah ditetapkan tanggap darurat maka untuk penanganan kasus kebakaran, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi melibatkan semua stakeholder termasuk TNI Polri dan pelaku usaha,”tambah Ricko.
Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kupang, Retnowati, mengakui asap yang terjadi akibat kasus kebakaran di TPA Alak bisa menyebabkan penyakit ISPA, namun pasca terbakar TPA sejak Oktober 2023 lalu, belum ada kasus masyarakat yang terkena ISPA dan belum ada keluhan terkait gangguan kesehatan.
Sehingga melalui UPT Puskesmas Alak sudah dilakukan upaya penanganan pertama yakni dengan memberikan bantuan masker bagi masyarakat sekitar lokasi tersebut.
“Dinkes melalui UPT puskesmas Alak sudah melakukan upaya penanganan pertama yaitu dengan memberikan bantuan masker bagi masyarakat sekitar,”kata Retnowati.
Kondisi kebakaran di TPA Alak masih sulit dilakukan pemadaman dan tidak dapat teratasi menggunakan sumber daya yang ada saat ini, baik sumber daya manusia maupun peralatan. sehingga melalui rapat koordinasi yang dilakukan saat ini untuk memutuskan langkah -l angkah penanganan yang lebih efektif dan efisien menggunakan intervensi sumber daya dari luar. (lya)