NTTBersuara.com, JAKARTA,- – Syekh Malik Mahboob Ahmed, yang dikenal dengan nama Pak Malik oleh khalayak, adalah seorang pengusaha permadani asal Pakistan. Ia merupakan orang yang sangat mengagumi sosok Presiden Republik Indonesia ke-4 Kyai Haji (KH) Abdurrahman Wahid yang lebih dikenal dengan sebutan Gus Dur.
Kendati sosok Guru Bangsa itu telah tiada, namun kekaguman Pak Malik tidak pernah luntur. Bahkan kepada keluarga, murid, dan orang-orang terdekat Gus Dur seperti KH. Ainul Yaqin bin KH. Abdullah Syafi’ie, sangat dihormati Pak Malik dan dianggap sebagai saudara kandung.
Kisah perkenalannya saat Gus Dur mengajak dirinya main-main ke rumah Sang Presien ke-4 RI itu, di Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, DKI Jakarta.
Sehingga, kemudian Pak Malik sering ketemu cucu pendiri Nahdatul Ulama (NU) itu di Cigananjur. Beberpa kali dia berkunjung ke sana untuk silaturahmi dan sampai sekarang alhamdulillah hubungan silaturahmi dengan keluarga besar Gus Dur masih terjalin dengan sangat baik.
Pak Malik bukanlah sekadar pengusaha permadadi, namun ia adalah orang yang mengerti secara mendalam tentang permadani yang merupakan warisan peradaban Islam itu.
Menurut KH. Ainul Yaqin, permadani rajutan hasil karya Pak Malik merupakan karya seni yang bernilai spiritual tinggi karena selama proses pembuatannya, Pak Malik mewajibkan kepada semua yang terlibat, agar tetap menjaga nilai spiritual luhur agama Islam mengingat permadani merupakan bagian dari khazanah Islam.
Senafas dengan itu, KH. Ainul Yaqin meyakini berdasarkan isyarat Al-qur’an yang dalam ayatnya mengkonfirmasi keberadaan permadani sebagai warisan peradaban Islam.
“Kalau kita amati sejarah, ya permadani ini kan sebetulnya sudah sejak lama sekali. Bahkan mungkin di awal abad ke-16 itu sudah dibuat. Dan saya meyakini bahwa permadani atau yang sering kita sebut dengan karpet itu. Tapi karpet kan untuk kualitas yang berbeda sedangkan permadani itu bagian dari peradaban kita peradaban Islam,” ujar KH. Ainul Yaqin.
Masih menurut KH. Ainul Yaqin, permadai yang dikoleksi dan diproduksi Syeikh Malik ini itu memang sangat istimewa. Di samping cara membuatnya unik, bahan-bahannya juga sangat istimewa, serta lekat dengan dimensi spiritual.
Permadani harus suci dari Hadas, sehingga kalau misalnya perempuan lagi haid, dia berhenti dulu untuk bikin permadani. Kalau dia batal, dia harus buduk dulu. Ini bagian yang menurut saya cukup unik. Dan itu mengisyaratkan bahwa permadani lekat sekali dengan tradisi-tradisi keislaman dan bagian dari peradaban Islam, walau sekarang banyak berkembang.
“Permadani-permadani yang bukan handmit tapi pabrikan, saya kira itu karakteristiknya berbeda. Sangat berbeda kalau permadani yang dibuat dengan bahan bulu, domba, sutra, dan lain-lainnya. Itu selain punya nilai estetika, juga punya nilai kesehatan,” ujarnya.
Bahkan, informasi yang diperoleh bahwa orang yang punya penyakit asma sekalipun kalau dia biasa menggunakan permadani yang habat, lama-kelamaan dia bisa sembuh. Itu dimensi yang lain atau keistimewaan lain dari permadani.
Selain permadani yang dihasilkan oleh Pak Malik, ada hal menarik lainnya bagi KH. Ainul Yaqin yang kemungkinan tidak didapatkan dalam diri pengrajin lainnya, meskipun secara potensi semua orang bisa membuat itu.
Faktanya keistimewaan permadani Pak Malik tidak terletak hanya pada bahan dasar, melainkan bagaimana skill, kesabaran, ketekunan, dan konsistensi yang dimiliki oleh Pak Malik sehingga menghasilkan produk permadani yang sangat istimewa.
Untuk bikin satu permadani satu lembar saja, butuh waktu bukan cuma bulanan, tapi bisa sampai tahunan. Belum lagi kita harus menjaga apa namanya wudhu kita. Saya tidak mengecilkan semangat atau etos kerja dari saudara-saudara kita sendiri. Namun, rasanya tidak yakin kalau kita bisa bikin seperti yang dihasilkan Pak Malik.
“Pak Malik merupakan mastro permadadi dengan kepribadian yang sangat menyenangkan. Selain sosok yang menarik, ia merupakan orang yang sangat dermawan terhadap sesama,” ujar KH. Ainul Yaqin.
Keberadaan Pak Malik sebagai seorang pengusaha tidak lantas melupakan kewajibannya sebagai seorang Muslim yang bertanggung jawab atas kesulitan orang lain. Bahkan, kesaksian KH. Ainul Yaqin bahwa keuntungan yang didapatkan dari usahanya sebagian besar diberikannya kepada orang yang membutuhkan.
Saya lebih lebih cocok atau lebih setuju ka beliau itu. Kita bilang manya permadaannyanya, permadaannya iya, karena beliau memang luar biasa. Bahkan koleksi beliau itu hemat. Saya memang luar biasa ya. Kalau Gus Dur udah pasti la ya Gus Dur.
“Memang sejauh yang saya kenal Pak Malik itu luar biasa. Tidak saja expert di bidang permadani, tapi kepribadian beliau itu menurut saya sangat menarik. smiling people, smiling person yang selalu murah senyum kepada siapa saja dan itu gambaran bagaimana beliau menerapkan Hadis Nabi Itual ma’ruya, Walautal. Senyum itu sebetulnya tidak pakai modal. Bisa membuat orang lain senang, suasana bisa cair dan itu yang Pak Malik lakukan kepada siapapun. Beliau ini orang yang senang berbagi,” cerita KH. Ainul Yaqin.
Selain itu, Pak Malik membantu orang lain. Di tempat beliau itu rutin ada khatam Al-Qur’an dan jika di tempat lain juga ada khatam Al-Qur’an, beliau juga dengan senang hati membantu, termasuk di tempat saya. Kalau kita belanja di tempatnya Pak Malik, sesungguhnya kita ikut berpartisipasi dalam kebajikan yang beliau lakukan. Kenapa? Karena yang beliau dapatkan dari bisnisnya, sebagian besarnya digunakan untuk berbagi dan itu luar biasa sekali.
Atas kebaikannya, sambung KH. Ainul Yaqin, Pak Malik diberikan kesempatan oleh Allah menjadi orang yang mampu melayani seluruh Presiden Indonesia melalui wasilah permadaninya. Ini menjadi pertanyaan besar dengan banyaknya pengusaha permadani di Indonesia.
Menurut KH. Ainul Yaqin, kenapa harus Pak Malik yang mendapat kesempatan itu karena buah dari keistiqomahannya dalam mengabdikan hidupnya sebagai pengrajin permadani rajutan.
Keistiqomahan Pak Malik di bidang permadaian sudah lebih dari tiga puluh tahun itu yang membedakan dirinya dengan yang lainnya. Itu dimensi spiritualnya, beliau tidak semata-mata berbisnis mencari keuntungan, tetapi dari apa yang beliau dapatkan itu sebagian dikembalikan kepada yang membutuhkan.
Berbuat sesuatu yang mendapatkan keridhaan dari Allah Subhanahu wa ta’ala, maka Insyaallah jalan kita akan menjadi mudah dan menjadi terbuka. Jadi kalau seorang hamba sudah mendekatkan diri kepada Allah dan Allah mencintainya.
Dari kesaksian KH. Ainul Yaqin akan Pak Malik ini, mengandung pesan spiritual bahwa apapun yang kita perbuat dengan segala profesi dan aktivitas, maka yang utaka dalah kita harus mencari keridhaan Allah Subhanahu wa ta’ala. Sebab apapun itu, jika dilandasi dengan niat mencari ridho Allah, maka Allah akan senantiasa memberikan kemudahan dan keberkahan bagi kita semua.(lya)
