NTTBersuara.com,KUPANG,– Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd., menghadiri Grand Launching Gerakan Kemanusiaan Percepatan Penanganan Stunting Terintegrasi (GKP2ST) Tingkat Provinsi NTT, yang meliputi peresmian Pusat Pemulihan Gizi (Therapeutik Feeding Center), Aplikasi “ANTING ORTA” (Tangani Stunting Melalui Orang Tua Asuh), Aplikasi “ANTING MUTIARA” (Tangani Stunting Melalui Penanganan TB, Imunisasi Anak, dan Malaria), serta Model Posyandu Siklus Hidup, Jumat (25/10/2024). Acara tersebut diadakan di Puskesmas Oesapa.
Acara ini turut dihadiri oleh Staf Khusus Penjabat Gubernur NTT, Bernard Derosari; Ketua TP PKK Kota Kupang, Ny. Angela Lusi-Deran; Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, drg. Iien Adriany, M.Kes; Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, drg. Retnowati, M.Kes; Kepala Puskesmas Oesapa, dr. Ovlian Manafe; pimpinan perangkat daerah, organisasi profesi kesehatan, camat, lurah, para donatur, serta orang tua bayi dan balita.
Dalam sambutannya melalui video, Penjabat Gubernur Provinsi NTT, Dr. Andriko Noto Susanto, S.P., M.P., menyampaikan pentingnya gerakan kemanusiaan ini sebagai respons atas masalah stunting yang dianggap sebagai “bencana kemanusiaan non-alam” karena dampak negatifnya terhadap perkembangan kognitif anak, produktivitas, dan perekonomian. Beliau menegaskan bahwa tahun 2045 harus menjadi momen lahirnya generasi NTT yang berkualitas dan mampu bersaing, demi mencapai bonus demografi yang bersejarah.
Dr. Andriko juga menyoroti “Anting Berlian,” sebuah pendekatan berbasis aplikasi dengan data “by name by address” untuk memantau anak-anak yang memerlukan intervensi gizi. Aplikasi “ANTING ORTA” memungkinkan perangkat daerah di tingkat provinsi berperan sebagai orang tua asuh bagi anak-anak stunting, sementara “ANTING MUTIARA” memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi dasar lengkap serta terbebas dari TBC dan malaria. Ia menekankan bahwa aplikasi ini memberikan akses cepat dan tepat untuk mendorong pemulihan gizi buruk di masyarakat.
Penjabat Wali Kota Kupang, Linus Lusi, S.Pd., M.Pd., menyampaikan terima kasih kepada Penjabat Gubernur yang telah memilih Puskesmas Oesapa sebagai lokasi peluncuran, dan mengapresiasi semua pihak yang berperan. Kehadiran Therapeutik Feeding Center (TFC) di Puskesmas Oesapa dinilai menjadi langkah strategis dalam mempercepat penanganan gizi buruk anak-anak Kupang. Menurutnya, keterlibatan aplikasi ANTING ORTA dan ANTING MUTIARA akan meningkatkan efektivitas dan pengukuran dalam penanganan stunting secara lebih menyeluruh.
Linus juga menyatakan komitmennya untuk menurunkan angka stunting di Kupang, yang saat ini mencapai sekitar 4.000 anak. Dengan kolaborasi lintas sektor, target penurunan signifikan menjadi 2.000 anak dapat tercapai, bahkan diharapkan bisa lebih. Linus menekankan pentingnya pola makan sehat dengan memanfaatkan pangan lokal seperti jagung, ubi, sayur-sayuran, dan ikan yang berlimpah di Kupang.
Di akhir sambutannya, Linus mengajak seluruh pihak untuk berkolaborasi dalam upaya mencapai masa depan anak-anak NTT yang sehat dan berkualitas. “Masa depan anak-anak kita ada di tangan kita. Dengan kerja sama yang baik, cita-cita menurunkan stunting di Kota Kupang pasti bisa kita capai,” pungkas Linus.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, drg. Iien Adriany, M.Kes., dalam laporan panitianya menyoroti bahwa NTT memiliki angka stunting tertinggi kedua di Indonesia. Upaya ini menyasar remaja, calon pengantin, hingga anak-anak balita, terutama dengan intervensi sebelum usia dua tahun. GKP2ST bertujuan untuk memperbaiki pola asuh dan pemanfaatan pangan lokal dalam meningkatkan gizi anak.
Kegiatan ini ditandai dengan pemotongan pita oleh Penjabat Wali Kota Kupang dan dilanjutkan dengan penyerahan bantuan sosial secara simbolis kepada lima anak balita yang mengalami masalah gizi. Bantuan berupa makanan lokal selama 56 hari, Formula 100 untuk anak gizi buruk, dan susu PKMK untuk anak stunting.
Di akhir acara, Staf Khusus Penjabat Gubernur NTT, Penjabat Wali Kota, dan rombongan mengunjungi Posyandu Bogenvil 10 yang kini berperan sebagai posyandu siklus hidup, melayani berbagai tahapan usia dari balita hingga lansia, sebagai percontohan untuk layanan kesehatan berkelanjutan di Puskesmas Oesapa.(*/lya)